Wilayah kerja Kantor Pengawasan Pelayanan dan Pelayanan Bea Cukai (KPPBC) Tipe Madya Kudus mengalami penambahan produsen rokok. Dilaporkan, pada 2021, di Karesidenan Pati telah berdiri sebanyak 111 pabrik rokok.
Data tersebut diungkapkan oleh Kepala KPPBC Tipe Madya Kudus, Gatot Sugeng Wibowo.
BACA JUGA:
"Tahun ini total pabrik rokok sebanyak 111 pabrik yang tersebar di Karesidenan Pati, bertambah dari sebelumnya hanya 80 pabrik," papar Gatot dikutip dari Antara, 26 Februari.
Pertambahan tersebut cukup mengherankan, lantaran saat ini sedang masa pandemi yang membuat banyak industri lumpuh. Tak hanya itu, cukai rokok juga sedang mengalami kenaikan.
Para pengusaha lebih berminat mendirikan pabrik rokok jenis sigaret kretek tangan (SKT). Hal tersebut dikarenakan data tren kenaikan rokok jenis SKT selama masa pandemi. Tak terlepas juga dengan menurunnya daya beli masyarakat untuk rokok berharga tinggi.
Rokok Golongan II dan III Laris di Pasaran Semenjak Pandemi
Rokok golongan II dan III mendapatkan momentum yang tepat, karena konsumen yang biasanya mengonsumsi rokok golongan I jenis sigaret kretek mesin (SKM) dengan harga premium, di tengah pandemi dengan daya beli yang menurun beralih ke rokok yang harganya lebih terjangkau.
Hanya saja, kondisi tersebut belum memberikan jaminan bahwa pemasukan negara lewat cukai rokok akan naik, mengingat tarif yang dibebankan untuk rokok golongan I mengalami kenaikan cukup tinggi, dibandingkan golongan lainnya.
KPPBC Kudus juga menghadapi tantangan untuk bisa memenuhi target penerimaan yang dibebankan tahun 2021 mencapai Rp34,2 triliun atau lebih tinggi dari realisasi tahun 2020 sebesar Rp33,46 triliun. Pasalnya, mulai tahun ini terdapat produsen rokok yang mengajukan penurunan golongan dari golongan I menjadi golongan II karena beberapa alasan.
Hal itu, diprediksi mempengaruhi penerimaan cukai rokok hingga Rp1 miliar dalam setahunnya.
KPPBC Kudus Berupaya Memberantas Rokok Ilegal
Untuk memaksimalkan penerimaan cukai rokok, maka KPPBC Kudus akan berupaya membantu pemasaran rokok golongan II dan III jangan sampai terganggu rokok ilegal. Di antaranya dengan meningkatkan pengawasan rokok ilegal dan keberadaan Satpol PP dengan dukungan anggaran dari dana bagi hasil cukai hasil tembakau (DBHCHT) yang lebih besar juga akan dimaksimalkan untuk ikut memberantas peredaran rokok ilegal.
Sepanjang tahun 2020, KPPBC Kudus mencatat ada tujuh kasus telah dinyatakan lengkap (P21), kemudian 19 berkas nota pengenaan sanksi administrasi, serta 14 kasus merupakan pelimpahan dari kantor lain.
Ikuti Terus berita dalam negeri dan luar negeri terbaru dari VOI.